BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan tentang manusia
tidak lepas dari membahas tentang kepribadiannya. Karena memang manusia bisa
diterima atau tidaknya di lingkungannya masyrakatnya tergantung dengan
kepribadiannya. Kalau kepribadiannya baik, maka orang-orang yang hidup di
sekelilingnya akan menerimanya dan menyenanginya. Begitu juga sebaliknya, jika
kepribadiannya tidak baik ia tidak disenangi atau bahkan tidak diterima untuk
hidup di lingkungan mereka. Maka, untuk mengukur apakah kepribadian kita baik
atau tidak baik sebaiknya kita mempelajari tentang kepribadian manusi itu
sendiri.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang kepribadian manusia dan pegukurannya
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang kepribadian manusia dan pegukurannya
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum.
C. Rumusan Masalah
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka
dalam makalah kami tidak begitu rinci dalam menjelaskan tentang kepribadian.
Adapun yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan Kepribadian itu? Dan apa yang memdekannya dengan
Temperamen dan Watak?
2. Bagaimana
cara mengukur Kepribadian itu? Dan siapa yang paling dominan dalam pembentukan
Kepribadian seseorang?
3. Aspek-aspek
apa saja yang ada dalam Kepribadian?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Menurut asal katanya,
kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin personare, yang berarti
mengeluarkan suara. Istilah ini digunakan untuk menunjukan suara dari
percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada
mulanya istilah personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana
suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri.
Dari sejarah pengertian
tersebut tidak heran kita jika kata personare yang mulanya berarti topeng
kemudian diartikan pemainnya itu sendiri yang memperankan peranan seperti yang
digambarkan dalam topeng tersebut. Akhirnya kata personare itu menunjukan
tentang kualitas dari watak atau karakter yang dimainkan dalam sandiwara itu.
Kini kata personare atau dalam bahasa Indonesianya sering disebut dengan kata
Personal itu oleh ahli Psikologi dipakai untuk menunjukan sesuatu yang nyata
dan dapat dipercaya tentang individu untuk menggambarkan bagaimana dan apa
sebenarnya individu itu.
Adapun Gordon W. Allport
(1937) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut: Personality is the
dynamic organization within the individual of those psychophsical system that
determine his unique adjustment to his environment.
“Kepribadian ialah
organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.”
Namun kami menyimpulkan
bahwa pengertian kepribadian adalah: keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku,
sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan, bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko-fisik
lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang.
B. PERBEDAAN TEMPERAMEN, WATAK, DAN KEPRIBADIAN
Tempramen adalah sifat-sifat
yang berhubungan dengan Emosi (perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang,
pemurung, dan lain sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan
(warisan/turunan), sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat
berubah.
Tempramen selalu menunjukkan
hubungan/perpaduan yang erat antara rohaniah dengan jasmaniah. Seseorang yang
memiliki temperamen tinggi adalah seseorang yang mudah emosi (naik darah/marah)
diiringi dengan gerakan-gerakan tangan, kaki, mata, mulut serta raut muka
marah, pucat dan sebagainya. Sedangkan orang yang penyabar dengan wajah tenang
serta berbicara lambat serta irama yang mantap.
Watak (karakter, tabiat)
adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya jujur,
pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat
itu bukan bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari
kebiasaan sejak dari kecil, atau sebagai hasil dari pengaruh
pendidikan/lingkungan sejak kecil. Sifatr-sifat seperti ini terbentuk terutama
pada masa-masa anak-anak sampai umur 5 tahun (balita), dan berkembang terus
sampai masa sekolah dan remaja.
Berbeda halnya dengan
temperamen, yang sangat sukar dipengaruhi/ diubah, maka watak besar
kemungkinannya untuk diubah. Sifat jujur, pembohong, rajin, pemalas, percaya
pada diri sendiri (optimis), pesimis dan sebagainya, semuanya itu adalah hasil
tempaan orang tua dan pengaruh lingkungan sejak kecil.
Kepribadian adalah
keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri seseorang, termasuk di dalam
temperamen dan watak. Di samping itu, termasuk juga ke dalam kepribadian semua
pola tingkah laku, kebiasaan, sikap kecakapan, serta semua hal yang selalu
muncul dari seseorang. Dengan demikian, kepribadian mengandung arti yang lebih
luas dari temperamen dan watak, karena temperamen dan watak adalah sebagian
dari kepribadian.
C.
MENGUKUR KEPRIBADIAN
Melakukan pengukuran
terhadap kepribadian seseorang bertujuan untuk dapat mengetahui corak
kepribadian secara pasti dan terinci. Dengan mengetahui corak atau tipe
kepribadian seseorang, berarti pengenalan kita terhadap dirinya menjadi lebih
sempurna, sehingga proses pendidikannya dapat disesuaikan dan lebih lancar.
Cara mengukur/menyelidiki
kepribadian ada bermacam-macam, antara lain:
1.
Observasi
Menilaian kepribadian dengan
cara mengganti/memperhatikan langsung tingkah laku serta kegiatan yang
dilakukan oleh yang bersangkutan, terutama sikapnya, caranya, bicara, kerja,
dan juga hasilnya.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan
mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang
dinilai. Agar diperoleh hasil yang murni, sebaiknya wawancara dilakukan secara
santai, karena dengan cara ini suasananya menjadi akrab, pembicaraan saling
terbuka, sehingga sesuatu yang diperlihatkan dan dikatakan orang yang di
interview adalah murni.
3. Inventory
Inventory adalah sejenis
kuesioner (pertanyaan tertulis) yang harus dijawab oleh responden secara
ringkas, biasanya mengisi kolom jawaban dengan tanda cek. Inventory yang
terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang.
4. Tekhnik Proyektif
Cara lain mengukur/menilai
kepribadian dengan menggunakan tekhnik proyektif. Si anak/orang yang dinilai
akan memproyeksikan pribadinya melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya.
5. Biografi dan Autobiografi
Riwayat hidup yang ditulis
orang lain (biografi) dan ditulis sendiri (authobiografi) dapat juga untuk
menilai kepribadian. Sejenis authobiografi yang paling sederhana dapat dibuat
oleh murid-murid dengan judul tulisan pengalaman yang tak terlupakan atau
cita-citaku setelah tamat sekolah dan lain sebagainya.
6. Catatan Harian
Catatan harian seseorang
berisikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari, dapat juga dianalisis
dan dijadikan bahan penelitian kepribadian seseorang.
D. KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK UTAMA KEPRIBADIAN
Kepribadian tumbuh dan
berkembang sepanjang manusia, terutama sejak lahir sampai masa remaja yang
selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya
beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena
itu, dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua
dalam membentuk pribadi seorang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan
jasmani serta rohani manusia, berlangsung dari bayi hingga remaja, terutama
kanak-kanak yaitu masa yang paling baik dalam pembentukan kepribadian. Pada
masa ini (usia 2-5 tahun) anak-anak sudah mulai dapat berkomunikasi secara
lisan (bahasa inteligensinya mulai berkembang dan mengerti perintah dan
larangan).
Selain alasan berkomunikasi,
pada usia yang sangat muda ini, kemampuan anak untuk membantah/menolak perintah
relatif masih kecil dan sebaliknya sangat mudah dibujuk untuk melakukan sesuatu
karena kondisi jiwanya yang sedang tumbuh dan masih lemah itu. Pada masa bayi
(0,0 – 1.0 tahun), pembentukan kepribadian berlangsung dengan cara
pembiasaan-pembiasaan.
Pembentukan kepribadian
harus dilakukan dengan kontinu dan diadakan pemeliharaan sehingga menjadi
matang dan tidak mungkin berubah lagi. Misalnya anak sewaktu masih kecil
tergolong rajin belajar dan membantu orang tua di rumah, tetapi setelah remaja
berubah menjadi pemalas. Hal ini mungkin karena kurangnya pemeliharaan, tidak
pernah diberi imbalan atau dengan kata lain motivasi belajar anak dibiarkan
rusak. Seharusnya, semua sifat atau kebiasaan yang baik harus dipelihara dan
dipupuk terus sampai dewasa agar tidak berubah lagi.
E. ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
Prilaku manusia dianalisis
ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
Yaitu pemikiran, ingatan
hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan pengindraan.
Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan
tingkah laku.
b. Aspek Afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang
berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat,
kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya
disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang
tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut
aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan
manusia bertingkah laku.
c. Aspek Motorik
Yaitu berfungsi sebagai
pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.
Walaupun para ahli telah
menganalisis aspek-aspek tingkah laku manusia, kita harus tetap berpegang pada
pengertian manusia sebagai satu kesatuan yang utuh, yaitu manusia yang
berkehendak, berperasaan, berpikir, dalam berbuat. Demikian pula dalam
pembahasan tentang kepribadian, kita harus tetap berpegang pada kebulatan dan
keutuhan kepribadian sebagai suatu organisasi jiwa raga yang dinamis. Analisis
aspek kepribadian hanyalah untuk memperdalam pemahaman dan pengertian kita.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut asal katanya,
kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin personare, yang berarti
mengeluarkan suara. Istilah ini digunakan untuk menunjukan suara dari
percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada
mulanya istilah personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana
suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri.
Tempramen adalah sifat-sifat
yang berhubungan dengan Emosi (perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang,
pemurung, dan lain sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan
(warisan/turunan), sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat
berubah.
Watak (karakter, tabiat)
adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya jujur,
pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat
itu bukan bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir.
Cara mengukur/menyelidiki
kepribadian ada bermacam-macam, antara lain:
1.
Observasi
2.
Wawancara (Interview)
3.
Inventory
4.
Tekhnik Proyektif
5.
Biografi dan Autobiografi
6.
Catatan Harian
Kepribadian tumbuh dan
berkembang sepanjang manusia, terutama sejak lahir sampai masa remaja yang
selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya
beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena
itu, dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua
dalam membentuk pribadi seorang anak.
Prilaku manusia dianalisis ke
dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
b. Aspek Afektif
c. Aspek Motorik
B. Saran
Dari penjelasan tentang
kepribadian di atas tadi, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang
kepribadian manusia. Kita bisa mengukur bagaimana kepribadian diri kita dan
kepribadian orang-orang yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit
pengetahuan tentang kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang
kurang baik dan bisa mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam
rangka fastabiqul khoirot.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Drs.
Abu Ahmadi dan Drs. M. Umar M.A. Psikologi Umum. PT. Bina Ilmu: Surabaya 2004.
2.
Tim Silabus Gontor.
Psikologi Pendidikan. Darussalam Press: Ponorogo tt.
3.
Drs. H. Ahmad Fauzi.
Psikologi Umum Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah. Pustaka Setia:
Bandung 2008.