Selasa, 21 April 2015

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DAN WATAK MANUSIA







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membicarakan tentang manusia tidak lepas dari membahas tentang kepribadiannya. Karena memang manusia bisa diterima atau tidaknya di lingkungannya masyrakatnya tergantung dengan kepribadiannya. Kalau kepribadiannya baik, maka orang-orang yang hidup di sekelilingnya akan menerimanya dan menyenanginya. Begitu juga sebaliknya, jika kepribadiannya tidak baik ia tidak disenangi atau bahkan tidak diterima untuk hidup di lingkungan mereka. Maka, untuk mengukur apakah kepribadian kita baik atau tidak baik sebaiknya kita mempelajari tentang kepribadian manusi itu sendiri.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari tentang kepribadian manusia dan pegukurannya
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang kepribadian manusia dan pegukurannya
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum.

C. Rumusan Masalah
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah kami tidak begitu rinci dalam menjelaskan tentang kepribadian. Adapun yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.  Apa yang dimaksud dengan Kepribadian itu? Dan apa yang memdekannya dengan Temperamen dan Watak?
2.  Bagaimana cara mengukur Kepribadian itu? Dan siapa yang paling dominan dalam pembentukan Kepribadian seseorang?
3.  Aspek-aspek apa saja yang ada dalam Kepribadian?

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara. Istilah ini digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.
Dari sejarah pengertian tersebut tidak heran kita jika kata personare yang mulanya berarti topeng kemudian diartikan pemainnya itu sendiri yang memperankan peranan seperti yang digambarkan dalam topeng tersebut. Akhirnya kata personare itu menunjukan tentang kualitas dari watak atau karakter yang dimainkan dalam sandiwara itu. Kini kata personare atau dalam bahasa Indonesianya sering disebut dengan kata Personal itu oleh ahli Psikologi dipakai untuk menunjukan sesuatu yang nyata dan dapat dipercaya tentang individu untuk menggambarkan bagaimana dan apa sebenarnya individu itu.
Adapun Gordon W. Allport (1937) memberikan definisi kepribadian sebagai berikut: Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophsical system that determine his unique adjustment to his environment.
“Kepribadian ialah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.”
Namun kami menyimpulkan bahwa pengertian kepribadian adalah: keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan, bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu menampakkan diri dalam kehidupan seseorang.

B. PERBEDAAN TEMPERAMEN, WATAK, DAN KEPRIBADIAN
Tempramen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi (perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, dan lain sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan (warisan/turunan), sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Tempramen selalu menunjukkan hubungan/perpaduan yang erat antara rohaniah dengan jasmaniah. Seseorang yang memiliki temperamen tinggi adalah seseorang yang mudah emosi (naik darah/marah) diiringi dengan gerakan-gerakan tangan, kaki, mata, mulut serta raut muka marah, pucat dan sebagainya. Sedangkan orang yang penyabar dengan wajah tenang serta berbicara lambat serta irama yang mantap.
Watak (karakter, tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari kebiasaan sejak dari kecil, atau sebagai hasil dari pengaruh pendidikan/lingkungan sejak kecil. Sifatr-sifat seperti ini terbentuk terutama pada masa-masa anak-anak sampai umur 5 tahun (balita), dan berkembang terus sampai masa sekolah dan remaja.
Berbeda halnya dengan temperamen, yang sangat sukar dipengaruhi/ diubah, maka watak besar kemungkinannya untuk diubah. Sifat jujur, pembohong, rajin, pemalas, percaya pada diri sendiri (optimis), pesimis dan sebagainya, semuanya itu adalah hasil tempaan orang tua dan pengaruh lingkungan sejak kecil.
Kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri seseorang, termasuk di dalam temperamen dan watak. Di samping itu, termasuk juga ke dalam kepribadian semua pola tingkah laku, kebiasaan, sikap kecakapan, serta semua hal yang selalu muncul dari seseorang. Dengan demikian, kepribadian mengandung arti yang lebih luas dari temperamen dan watak, karena temperamen dan watak adalah sebagian dari kepribadian.

C. MENGUKUR KEPRIBADIAN
Melakukan pengukuran terhadap kepribadian seseorang bertujuan untuk dapat mengetahui corak kepribadian secara pasti dan terinci. Dengan mengetahui corak atau tipe kepribadian seseorang, berarti pengenalan kita terhadap dirinya menjadi lebih sempurna, sehingga proses pendidikannya dapat disesuaikan dan lebih lancar.
Cara mengukur/menyelidiki kepribadian ada bermacam-macam, antara lain:
1. Observasi
Menilaian kepribadian dengan cara mengganti/memperhatikan langsung tingkah laku serta kegiatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan, terutama sikapnya, caranya, bicara, kerja, dan juga hasilnya.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Agar diperoleh hasil yang murni, sebaiknya wawancara dilakukan secara santai, karena dengan cara ini suasananya menjadi akrab, pembicaraan saling terbuka, sehingga sesuatu yang diperlihatkan dan dikatakan orang yang di interview adalah murni.
3. Inventory
Inventory adalah sejenis kuesioner (pertanyaan tertulis) yang harus dijawab oleh responden secara ringkas, biasanya mengisi kolom jawaban dengan tanda cek. Inventory yang terkenal dan banyak digunakan untuk menilai kepribadian seseorang.



4. Tekhnik Proyektif
Cara lain mengukur/menilai kepribadian dengan menggunakan tekhnik proyektif. Si anak/orang yang dinilai akan memproyeksikan pribadinya melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya.
5. Biografi dan Autobiografi
Riwayat hidup yang ditulis orang lain (biografi) dan ditulis sendiri (authobiografi) dapat juga untuk menilai kepribadian. Sejenis authobiografi yang paling sederhana dapat dibuat oleh murid-murid dengan judul tulisan pengalaman yang tak terlupakan atau cita-citaku setelah tamat sekolah dan lain sebagainya.
6. Catatan Harian
Catatan harian seseorang berisikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari, dapat juga dianalisis dan dijadikan bahan penelitian kepribadian seseorang.

D. KELUARGA SEBAGAI PEMBENTUK UTAMA KEPRIBADIAN
Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang manusia, terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu, dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk pribadi seorang anak.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani manusia, berlangsung dari bayi hingga remaja, terutama kanak-kanak yaitu masa yang paling baik dalam pembentukan kepribadian. Pada masa ini (usia 2-5 tahun) anak-anak sudah mulai dapat berkomunikasi secara lisan (bahasa inteligensinya mulai berkembang dan mengerti perintah dan larangan).
Selain alasan berkomunikasi, pada usia yang sangat muda ini, kemampuan anak untuk membantah/menolak perintah relatif masih kecil dan sebaliknya sangat mudah dibujuk untuk melakukan sesuatu karena kondisi jiwanya yang sedang tumbuh dan masih lemah itu. Pada masa bayi (0,0 – 1.0 tahun), pembentukan kepribadian berlangsung dengan cara pembiasaan-pembiasaan.
Pembentukan kepribadian harus dilakukan dengan kontinu dan diadakan pemeliharaan sehingga menjadi matang dan tidak mungkin berubah lagi. Misalnya anak sewaktu masih kecil tergolong rajin belajar dan membantu orang tua di rumah, tetapi setelah remaja berubah menjadi pemalas. Hal ini mungkin karena kurangnya pemeliharaan, tidak pernah diberi imbalan atau dengan kata lain motivasi belajar anak dibiarkan rusak. Seharusnya, semua sifat atau kebiasaan yang baik harus dipelihara dan dipupuk terus sampai dewasa agar tidak berubah lagi.

E. ASPEK-ASPEK KEPRIBADIAN
Prilaku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
Yaitu pemikiran, ingatan hayalan, daya bayang, inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan pengindraan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukkan jalan, mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
b. Aspek Afektif
Yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan alam perasaan atau emosi, sedangkan hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi lainnya disebut aspek konatif atau psiko-motorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek afektif. Kedua aspek itu sering disebut aspek finalis yang berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
c. Aspek Motorik
Yaitu berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.
Walaupun para ahli telah menganalisis aspek-aspek tingkah laku manusia, kita harus tetap berpegang pada pengertian manusia sebagai satu kesatuan yang utuh, yaitu manusia yang berkehendak, berperasaan, berpikir, dalam berbuat. Demikian pula dalam pembahasan tentang kepribadian, kita harus tetap berpegang pada kebulatan dan keutuhan kepribadian sebagai suatu organisasi jiwa raga yang dinamis. Analisis aspek kepribadian hanyalah untuk memperdalam pemahaman dan pengertian kita.

























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa latin personare, yang berarti mengeluarkan suara. Istilah ini digunakan untuk menunjukan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada mulanya istilah personare adalah topeng yang dipakai pemain sandiwara, dimana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata personare itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.
Tempramen adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan Emosi (perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, dan lain sebagainya. Sifat-sifat emosional adalah bawaan (warisan/turunan), sehingga bersifat permanen dan tipis kemungkinan untuk dapat berubah.
Watak (karakter, tabiat) adalah sifat-sifat yang berhubungan dengan nilai-nilai, misalnya jujur, pembohong, rajin, pemalas, pembersih, penjorok dan lain sebagainya. Sifat-sifat itu bukan bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir.
Cara mengukur/menyelidiki kepribadian ada bermacam-macam, antara lain:
1. Observasi
2. Wawancara (Interview)
3. Inventory
4. Tekhnik Proyektif
5. Biografi dan Autobiografi
6. Catatan Harian
Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang manusia, terutama sejak lahir sampai masa remaja yang selalu berada di lingkungan keluarga, diasuh hari berada di rumah dan hanya beberapa jam saja berada di sekolah atau tempat lainnya di luar rumah. Karena itu, dapat dipahami cukup besar pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua dalam membentuk pribadi seorang anak.
Prilaku manusia dianalisis ke dalam tiga aspek atau fungsi, yaitu:
a. Aspek Kognitif (pengenalan)
b. Aspek Afektif
c. Aspek Motorik

B. Saran
Dari penjelasan tentang kepribadian di atas tadi, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang kepribadian manusia. Kita bisa mengukur bagaimana kepribadian diri kita dan kepribadian orang-orang yang ada di sekitar kita. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang kepribadian ini kita bisa merubah kepribadian kita yang kurang baik dan bisa mengingatkan orang yang kepribadiannya kurang baik dalam rangka fastabiqul khoirot.
















DAFTAR PUSTAKA

1.    Drs. Abu Ahmadi dan Drs. M. Umar M.A. Psikologi Umum. PT. Bina Ilmu: Surabaya 2004.
2.    Tim Silabus Gontor. Psikologi Pendidikan. Darussalam Press: Ponorogo tt.
3.    Drs. H. Ahmad Fauzi. Psikologi Umum Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah. Pustaka Setia: Bandung 2008.